Kamis, 29 Agustus 2013

BERANI BERKATA TIDAK



BERANI BERKATA TIDAK
1 SAMUEL 26:7-11
“Anak gaul.” Remaja sekarang suka sekali dijuluki seperti itu. Padahal setiap komunitas mempunyai tuntutannya sendiri agar dapat disebut anak gaul. Remaja gank motor akan menyebut diri mereka anak gaul jika mereka bisa ngebut-ngebutan. Remaja  yang suka fashion akan menyebut diri mereka anak gaul jika mereka mengikuti perkembangan fashion masa kini. Remaja yang gemar gadget akan menyebut diri mereka anak gaul jika mereka mempunyai gadget terbaru. Anak yang suka seks bebas akan menyebut diri mereka anak gaul jika sudah pernah berhubungan seks dengan pacarnya
Tanpa sadar, kita sedang disudutkan dengan sebutan anak gaul. Ketika tersudut akhirnya mau ga mau kita mengikuti mereka demi dapat tetap dipuji semua teman karena kita anak gaul. Padahal, apapun yang kita lakukan, tidak semua orang akan memuji, pasti tetap akan ada yang menjelek-jelekkan kita di belakang kita. Oleh karena itu, ketika tersudut cobalah untuk berpikir tenang, dan pikirkan segala sesuatunya dengan matang. Tidak semua tuntutan teman-temanmu harus dipenuhi, karena tidak semua tuntutan temanmu baik. Jika tuntutan temanmu akan membuat dirimu menjadi seorang remaja yang lebih baik, lakukan. Jika tuntutan mereka justru membuatmu menjadi remaja yang semakin berantakan, beranilah untuk mengatakan tidak.
Daud juga pernah dibujuk oleh temannya, Abisai, agar membunuh Saul. Selama ini Daud selalu dikejar-kejar dan ingin dibunuh oleh Saul. Ketika ada kesempatan dan juga dibujuk oleh temannya, seharusnya bisa saja Daud mengiyakan permintaan temannya, apalagi temannya memberikan bujukan yang tampaknya tidak terlalu kejam (baca 1 Sam 26:8). Namun dengan tegas Daud menolak permintaan tersebut. Mengapa? Karena Daud memiliki prinsip (baca 1 Sam 16:9).
Jika kita memiliki prinsip, maka kita tidak akan mudah ikut-ikutan dengan tuntutan teman. Apa prinsip kita? Sehati dan sepikir dengan Kristus. Jika ada tuntutan dari teman yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang Kristus ajarkan, katakanlah TIDAK. 

Nuryanto Gracia

BERBAGI TIDAK SELALU RUGI



BERBAGI TIDAK SELALU RUGI
YOH 6:1-14
Benar ga tema di atas, Berbagi Tidak Selalu Rugi? Tidak benar. Kenapa? Karena berbagi pasti akan rugi, jika... Nah perhatikan, ada kata “jika.” Berbagi pasti akan rugi jika TIDAK TULUS. Banyak di antara kita ketika berbagi pasti selalu memikirkan imbalan.
Memberi persembahan yang banyak dengan harapan Tuhan akan memberikan imbalan 10x lipat. Membantu guru di sekolah dengan harapan guru akan memberi imbalan nilai kognitif dan afektif yang bagus. Menjadi pemusik di gereja dengan harapan banyak cewek atau cowok ada yang menyadari betapa kerennya kita sewaktu main alat musik. Memberi kado pada saat teman ulang tahun dengan harapan dia akan memberikan kita kado juga ketika kita ulang tahun. Bagaimana jika kita tidak mendapatkan imbalan yang kita harapkan? Kecewa, sakit hati, RUGI BESAR.
Berbagi akan menjadi rugi besar ketika kita tidak tulus. Berbagi tidak akan merugi ketika kita melakukannya dengan tulus. Ingatlah bahwa orang tulus nothing to lose. Orang tulus ga akan pernah kehilangan apapun sedangkan orang tidak tulus, akan kehilangan imbalan yang dia harapkan.
Anak kecil dalam kisah Yoh 6:1-14 hanya mempunyai  5 roti jelai dan 2 ikan. Walau begitu, dengan tulus dia membagikan roti dan ikan itu untuk orang banyak. Tak ada sedikit pun harapan Tuhan akan menggantikan rotinya berlipat ganda. Pada akhir cerita memang roti tesisa sampai 12 bakul, tapi tidak diceritakan 12 bakul itu diberikan kepada sang anak. Bisa jadi tidak diberikan kepada si anak. Bayangkan jika dari awal anak itu memberikan roti dengan harapan akan diganti berlipat ganda namun pada kenyataannya ketika roti tersebut sisa 12 bakul dia tidak diberikan 1 bakul pun, pasti rasa kecewa, sakit hati dan rugi besar menghampiri perasaan si anak. Untungnya, dia memberikan dengan tulus.
Bagaimana dengan kita, masihkah mengharapkan imbalan ketika memberi? Jika masih, siap-siaplah RUGI BESAR.

Nuryanto Gracia

TUAIAN BANYAK, PENUAI SEDIKIT

TUAIAN BANYAK, PENUAI SEDIKIT

(Mat 9: 35-38)

Biasanya, kalo mau ngasih semangat ke diri sendiri, atau ke teman yang mau ujian, kita ngucapin apa? “do the best, and God will do the rest,” bener ga? 
Kita sering menjadikan kata-kata itu sebagai status di media sosial kita. Tapi, sadarkah kita, kata-kata itu tidak terlalu tepat?
Kata-kata itu seakan-akan ingin mengatakan bahwa kita memberikan Tuhan ‘sisa’. Loh, Tuhan kok dikasih sisa? Seharusnya yang lebih tepat itu “God has done the best, we just do the rest”. Tuhan lah yang telah melakukan hal terbaik, kita hanya melakukan ‘sisa’nya.
Dalam Mat 9: 37, Yesus membicarakan tentang tuaian dan para pekerjanya/ penuai setelah Yesus melakukan pekerjaan-Nya (35-36). Yesus telah melakukan pekerjaan terbaik, dan Yesus mengundang murid-muridNya untuk meneruskan ‘sisa’ pekerjaanNya sebagai penuai dalam perikop tersebut.
Dalam kehidupan kita sekarang, Allah juga telah melakukan pekerjaan terbaikNya. Kini kita semua diundang untuk meneruskan pekerjaanNya melalui kehidupan kita sehari-hari. Maukah kita melanjutkannya?  Tuhan telah menciptakan otak  yang luar biasa.  Maukah kita menggunakannya untuk belajar dengan baik? Tuhan telah memberikan kita kesehatan. Maukah kita menjalani hari-hari dengan baik? Tuhan telah memberikan kita tangan. Maukah kita menggunakannya untuk hal-hal yang baik? Tuhan telah memberikan kita kaki. Maukah kita melangkah ke tempat-tempat yang baik? Tuhan telah memberikan kita mata. Maukah kita melihat hal-hal yang baik? Tuhan telah memberikan kita mulut. Maukah kita membicarakan hal-hal yang baik? Tuhan telah memberikan kita telinga. Maukah kita mendengar keluh kesah orang lain dengan baik? God has done the best, we just do the rest.

Nuryanto Gracia

SEDERHANA ITU INDAH



SEDERHANA ITU INDAH
KELUARAN 16: 1-18

                Apakah rekan-rekan tahu istilah lebay dan kepo? Dua istilah tersebut untuk menunjukkan sesuatu yang berlebihan. Gaya berlebihan disebut lebay, mengenakan cincin emas di seluruh jari, kalung emas 2kg, dan anting emas mengitari seluruh daun telinga. Mau tahu urusan orang lain secara berlebihan disebut kepo, teman ada masalah dengan pacarnya langsung kita berikan pertanyaan beruntun seperti wartawan.
                Namun, itu bukan berarti kita tidak boleh bergaya dan peduli dengan masalah orang lain. Boleh, asal tidak berlebihan atau juga berkekurangan. Kurang gaya disebut jadul. Tahun 2013, tapi gaya rambut, pakaian bahkan gaya berpikir masih seperti tahuan 70an. Kurang peduli disebut apatis. Teman sedang ada masalah tapi kita tidak peduli sama sekali.
                Berlebihan dan berkekurangan itu tidak baik. Itulah sebabnya sederhana itu indah. Sederhana artinya pas, tidak berlebihan dan tidak berkekurangan. Dalam Keluaran 16:1-18, kita melihat bagaimana bangsa Israel ingin memuaskan rasa laparnya secara berlebihan dengan makan daging dan roti sampai kenyang seperti di Mesir (Kel 16:3). Namun Allah mengajarkan mereka untuk hidup sederhana dengan makan dan memungut roti sebanyak yang perlu untuk sehari (Kel 16:4), segomer untuk seorang (1 Gomer = 1,4kg) sehingga tidak ada yang berlebihan dan berkekurangan (Kel 16:18).
                Walaupun orangtua kita kaya, tetap hiduplah sederhana. Kenakan aksesoris atau perhiasan secukupnya. Teman yang baik tidak terlalu peduli dengan aksesorismu, dia lebih peduli dengan dirimu dibandingkan dengan aksesorismu.
                Walaupun teman kita punya masalah, itu bukan berarti kita berhak kepo, tetap sederhanalah dalam memberi perhatian. Orang yang sedang dalam masalah tidak butuh ditanya terus-menerus, mereka lebih butuh didengarkan. Apakah kamu sudah hidup sederhana? Atau masih lebay dan kepo?

Nuryanto Gracia