NGAFE: ANTARA GAYA HIDUP DAN BERSOSIALISASI
PENGKHOTBAH 11:9-10
“CHATIME.” Pertama kali saya membaca kata tersebut dari twit
teman saya di akun twitter miliknya. Pertama kali saya pikir itu adalah kata
alay dari chat time, waktunya chat. Ternyata setelah sekian lama saya baru tahu
itu adalah tempat nongkrong remaja zaman sekarang selain starbucks, kopitiam
dan tempat nongkrong lainnya yang termasuk ke dalam jenis kafe. Salah gak sih
ngafe, nongkrong di kafe? Tidak salah namun akan menjadi salah. Apa maksudnya?
Jika dibandingkan nongkrong di trotoar lalu malakin orang
seperti preman, nongkrong di jalan malam-malam sambil trek-trekan seperti gank
motor, atau ke dugem dan clubbing untuk mabuk-mabukkan dan menggunakan narkoba,
maka jelas ngafe jauh lebih baik. Di kafe-kafe modern sekarang, remaja dapat
mengkonsumsi makanan dan minuman yang bebas dari narkoba dan alkohol. Di kafe
juga remaja hanya duduk, ngobrol atau sekadar berselancar di dunia maya
menggunakan fasilitas wifi gratis.
Sejauh penjelasan di atas, ngafe tidak masalah, kan? Iya betul.
Lalu masalahnya di mana? Makanan dan minuman di kafe-kafe modern seperti itu
mahal loh. Jika setiap hari hanya demi nongkrong yang asik dan kelihatan
bergengsi oleh teman-teman maka kita harus ngafe, maka bayangkan berapa jumlah
uang yang harus keluar selama sebulan? Betapa borosnya kita, padahal mungkin
uangnya dapat digunakan untuk keperluan yang lain.
Pengkhotbah 11:9 mengatakan, “Bersukarialah, hai pemuda,
dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah
keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala
hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!” Segala sesuatu yang kita
perbuat harus kita pertanggungjawabkan nanti dihadapan Tuhan (pengadilan
Tuhan). Uang jajan yang diberi orangtua juga harus kita pertanggungjawabkan. Apakah
uang jajan tersebut hanya untuk berfoya-foya atau juga dipakai untuk keperluan
lain yang lebih berguna?
Nuryanto Gracia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar