Kamis, 26 September 2013

MENGENDALIKAN HAWA NAFSU

MENGENDALIKAN HAWA NAFSU
1 Tesalonika 4: 1-8

Manusia adalah makhluk yang tidak pernah puas. Keinginan matanya lebih luas daripada kemampuan matanya memandang. Kemauan makannya lebih banyak daripada kemampuan lambungnya untuk menampung. Kemauan mendengarnya lebih banyak daripada kemampuan daun telinganya untuk menangkap. Kemauan mengumpulkan hartanya lebih banyak dibandingkan kemampuan tangannya untuk menggenggam. Gunungan uang, rimbunan harta, lautan makanan ataupun jutaan pujian, tidak pernah membuat manusia puas. Itulah kenapa hawa nafsu perlu dikendalikan. Dengan apa? Dengan memberikan batasan-batasan.

Tidak ada yang salah dengan nafsu, namun jadi salah ketika kita tidak mampu mengendalikannya atau tidak memberikan batasan. Misalnya ketika kita tidak bisa mengendalikan nafsu makan, Amsal 23:2 mengatakan, “Taruhlah sebuah pisau pada lehermu, bila besar nafsumu!” Dalam hal makan saja kita harus mengendalikan nafsu, begitu juga seharusnya ketika berpacaran.

Pertama kali genggaman tangan rasanya seperti naik mobil limousin, menyenang sekali , tapi sebulan kemudian pasti ingin lebih dari itu, ciuman pipi. Pertama kali ciuman pipi rasanya seperti terbang naik sapu Harrypotter, menyenangkan sekali, tapi sebulan kemudian ingin lebih dari itu, ciuman bibir. Pertama kali ciuman bibir rasanya seperti naik roket ke bulan, tapi sebulan kemudian ingin lebih dari itu, hingga akhirnya melakukan hubungan seks sebelum nikah. Pertama kali melakukan hubungan seks rasanya seperti naik Curiosity rover (kendaraan yang sekarang sedang dipakai untuk meneliti planet Mars), menyenangkan luar biasa, tapi setahun kemudian mungkin sudah membosankan dan akhirnya si cowok akan mencari cewek baru atau mungkin sebaliknya, si cewek yang mencari cowok baru.


Dalam 1 Tesalonika  4:3-5 mengajarkan bagaimana cara mengendalikan nafsu seksual, yaitu dengan menjauhi percabulan dan mengambil seorang perempuan (saja) untuk menjadi isteri dan hidup dalam pengudusan dan penghormatan. Tidak hanya sekadar hidup kudus, Paulus juga menasihatkan untuk hidup dalam penghormatan. Ketika kita berpacaran, hormatilah pacar kita selayaknya manusia yang harus dicintai bukan barang pemuas kebutuhan. 

Nuryanto Gracia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar