Senin, 28 Oktober 2013

BERSYUKUR ATAS ALAM, BERSYUKUR PADA ALLAH 2


BERSYUKUR ATAS ALAM, BERSYUKUR PADA ALLAH

IMAMAT 23:15-22

Ada binatang yang ingin menyampaikan sesuatu kepada kita.
BUNGLONISME

Masih adakah manusia yang cinta dengan alam? Helloooo, tadi sang kodok bertanya, sekaligus juga mengejek. Jangan-jangan benar seperti yang dikatakan oleh para binatang itu. Manusia lebih suka merusak daripada merawat. Sewaktu tidak punya, berusaha untuk mendapatkan. Namun setelah mendapatkan tidak dirawat. Itu namanya tidak tahu berterimakasih.

Namun kebanyakan manusia mungkin seperti itu. Ingin punya pacar, berusaha sebisa-bisanya pendekatan, berusaha berpura-pura baik eh setelah jadi pacar disakitin hatinya terus. Atau sewaktu jadi pacar dipuja-puji terus berharap dia mau menikah dengan kita, setelah menikah sudah tidak ada lagi puja-puji itu, yang ada hanya caci maki.

Ingin punya rumah besar, bekerja mati-matian, setelah dapat eh jarang ditinggali. Semuanya sibuk dengan urusan masing-masing sehingga yang menempati dan menikmati adalah pembantu, supir, tukang kebun. Jadi kita bersusah payah hanya untuk membelikan mereka rumah.

Ingin punya motor, bersusah payah mencari uang, setelah dapat awal-awalnya aja kegores sedikit sayang banget. Tapi setelah berbulan-bulan kehujanan aja didiemin.

Ingin punya anak, bertahun-tahun menikah belum dapat anak. Setelah memohon dengan penuh perjuangan kepada Tuhan akhirnya dikabulkan. Awalnya senang, tapi selanjutnya anaknya tidak diperhatikan. Lebih memperhatikan pekerjaan dibandingkan anak.

Itu namanya tidak tahu terimakasih kan?

Umat Israel pada Perjanjian Lama diminta oleh Tuhan untuk mengolah alam dengan baik, dan hasil pertama dari alam itu diserahkan kepada Tuhan sebagai ungkapan syukur, “Berbicaralah kepada orang Israel dan katakan kepada mereka: Apabila kamu sampai ke negeri yang akan Kuberikan kepadamu, dan kamu menuai hasilnya, maka kamu harus membawa seberkas hasil pertama dari penuaianmu kepada imam, dan imam itu haruslah mengunjukkan berkas itu di hadapan TUHAN, supaya TUHAN berkenan akan kamu.” (Imamat 23: 10-11). Selain itu juga, sebagai ungkapan syukur, umat Israel diminta membawa korban persembahan seperti yang ditulis di dalam Imamat 23:15-17. Tidak hanya menuntut ungkapan syukur kepada Allah dalam bentuk hasil panen dan ternak, Allah juga menuntut umat Israel untuk mengungkapkan rasa syukurnya dalam bentuk saling berbagi kepada sesama, “Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah kau sabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya dan janganlah kau pungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu, semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu." (Imamat 23:22).

Kita telah diberikan alam yang begitu indah. Kita tidak bisa membuat bunga yang beraneka ragam, buah yang beraneka rasa, dan binatang beraneka rupa. Kita menyediakan semuanya untuk kita. Itulah kenapa kita harus bersyukur. Mungkin saat ini, ungkapan syukur kita atas alam yang diberikan Tuhan tidak lagi dalam bentuk mempersembahkan hasil alam dan ternak karena kita bukan petani dan peternak. Tetapi kita tetap dituntut Tuhan untuk memujudnyatakan ungkapan syukur tersebut dengan mengolah alam secara bertanggungjawab, itulah bentuk ungkapan syukur kita kepada Allah, kecuali kita memang makhluk yang tidak tahu berterimakasih. Selama bulan Oktober ini, kita telah diberikan contoh-contoh merawat alam. Mulai dari mengurangi pengunaan plastik ketika berbelanja, mengurangi pemakaian listrik di rumah, mengurangi jejak karbon yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor hingga minggu lalu kita belajar bagaimana kreatif mengolah alam. Itulah cara kita mengungkapkan rasa syukur kita kepada Allah. Namun, jangan-jangan masih banyak di antara kita yang mengabaikan hal tersebut. Karena masih asik dengan kenyamanan pribadi kita. Perhatikan bapak/ibu, perlahan-lahan bumi ini akan hancur apabila kita tidak memperbaiki bumi ini. Bayangkan apa yang akan anak cucu kita makan dan minum beberapa puluh atau ratus tahun kemudian?

Para ilmuwan memikirkan apabila bumi ini hancur, manusia di masa depan akan tinggal di mana? Oleh karena itu mereka selain berupaya menemukan tekhnologi yang dapat menyelamatkan bumi, mereka juga mencari rumah baru untuk manusia seandainya bumi ini hancur. Saat ini mereka sedang berusaha mempelajari planet mars. Apakah bisa ditinggali oleh manusia atau tidak. Mereka mengirim curiosity rover untuk menyelidikinya. Para ilmuwan memikirkan orang-orang di masa depan juga. Lalu mengapa kita yang katanya pengikut Kristus tidak turut memikirkan itu juga? Mengapa kita justru kebanyakan memirkan kepentingan pribadi saja?

Padahal Allah kita, meminta kita untuk peduli juga kepada kelangsungan hidup orang lain. “Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah kau sabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya dan janganlah kau pungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu, semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu." (Imamat 23:22). Umat Israel diajak untuk memikirkan orang lain, orang miskin dalam hal ini. kita pun diminta begitu pula. Jangan hanya memikirkan diri sendiri. Pikirkan kehidupan orang lain juga di masa depan. Karena planet ini bukan hanya untuk kita saja. Planet ini untuk seluruh makhluk di dalamnya.

Mari ubah kebiasaan merusak alam dengan mulai mencintai alam. Mulai dari keluarga sendiri. Mari kita berkomitmen bersama hari ini. Kita akan berkomitmen bersama merawat alam sebagai ungkapan syukur kepada Allah dengan mulai dari tindakan kecil saja, yaitu menanam satu pohon di rumah.

Nuryanto Gracia

 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar