KREATIF MENGOLAH ALAM
YOHANES 9:1-7; MARKUS 6: 1-6a
“Sampah adalah emas.” Saya ingat seorang pembicara pada
workshop bulan keluarga tanggal 12 Oktober 2013 pernah mengatakan kalimat tersebut.
Bagaimana sampah yang kotor dan menjijikkan itu bisa menjadi emas? Dengan
kreativitas. Kreativitas mampu mengobah sampah yang menjijikkan menjadi sesuatu
yang berharga.
Yesus termasuk salah seorang yang kreatif mengolah alam.
Perhatikan bagaimana caranya mengolah alam. Yohanes 9:6 mengatakan, “Setelah Ia
mengatakan semuanya itu, Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludah-Nya itu dengan
tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi.” Yesus menggunakan ludah
dan tanah yang bagi beberapa orang dianggap menjijikkan justru digunakan
sebagai obat. Dalam Markus 6:3 Zdikatakan, “Bukankah Ia ini tukang kayu.” Yesus
dikenal sebagai seorang tukang kayu. Ada beberapa sumber yang mengatakan bahwa
dari umur 12-30tahun Yesus pergi belajar ilmu ke India. Namun ada sumber yang
lebih kuat mengatakan Yesus tidak pergi ke mana-mana, dia tinggal dengan
ayahnya dan membantu ayahnya menjadi tukang kayu. Untuk menjadi tukang kayu,
butuh kreativas tinggi. Dari kayu yang tidak berbentuk, diolah menjadi bentuk
yang berguna. Yesus sungguh kreatif mengolah alam.
Saya jadi ingat seorang anak SD bernama Krisna Wardhana. Dia menggunakan kulit
telur sebagai obat luka. Biasanya kita hanya menggunakan telur bagian dalamnya
saja, kulitnya kita buang sebagai sampah. Namun Krisna mengolah kulit yang
dianggap sampah itu menjadi obat. Dia mencuci cangkang telur hingga bersih lalu
ditumbuk sampai halus setelah itu ditaburkan di atas luka, maka luka akan cepat
mengering. Krisna sungguh kreatif mengolah alam.
Saya juga jadi teringat dengan Tao Xiangli. Ada yang pernah
tahu dia itu siapa? Tao Xiangli adalah orang kreatif yang telah mengubah drum
bekas menjadi kapal selam. Drum bekas yang sudah tidak terpakai dia olah
sedemikian rupa sehingga dapat digunakannya untuk menyelam di air, walaupun
tidak secanggih kapal selam modern. Tao Xiangli sungguh kreatif mengolah alam.
Apakah kita memang butuh untuk kreatif mengolah alam? Mari
saya ajak kita semua untuk melihat keadaan dunia kita sekarang. Setiap harinya
sampah di Jakarta sekitar 6.500 ton itu artinya setara dengan 6.500.000 kg.
Anggaplah dari 6.500.000 kg itu ada 1.500.000 sampah yang dapat dihancurkan
dalam satu bulan dan 5.000.000 kg sisanya adalah sampah yang hancur puluhan
sampai jutaan tahun. Perlu kita ketahuai bersama bahwa limbah kertas akan
hancur dalam waktu 1 bulan, limbah Wool akan hancur dalam waktu 1 tahun, limbah
kaleng minuman (alumunium) akan hancur dalam waktu 60 tahun, limbah bekas
diapers akan hancur dalam waktu 560 tahun, limbah tas kresek akan hancur dalam
waktu 1010 tahun, limbah kemasan plastik akan hancur dalam waktu 1.000.010
tahun, limbah bekas botol bekas akan hancur dalam waktu 1.498.000 tahun, limbah
bekas gelas styrofoam akan hancur dalam waktu 7.499.998.000 tahun.
Setiap harinya 6.500.000 kg sampah bertambah di Jakarta itu
artinya setara dengan 130.000 orang dewasa yang rata-rata berat badannya 50 kg
bertambah setiap hari. Bisa bayangkan dalam satu tahun ada berapa banyak sampah
di Jakarta? Itu lah kenapa kita tidak bisa membiarkan sampah itu begitu saja.
Kita harus mengolahnya secara kreatif.
Mulai dari tindakan sederhana yaitu pisahkan sampah organik
dan anorganik. Sampah organik misalnya seperti sampah dari sayur-sayuran,
sampah ini bisa diolah menjadi kompos. Sampah anorganik misalnya kertas,
plastik, botol plastik dan styrofoam yang dapat diolah menjadi macam-macam barang daur ulang. Styrofoam jika
didiamkan hancur dalam waktu 7.499.998.000 tahun, oleh karena itu lebih baik
diolah lagi misalnya dijadikan bahan campuran batako. Sampah-sampah tersebut
yang tadinya menjijikkan, tapi jika kita kreatif mengolahnya maka akan menjadi
suatu yang berharga. Alam berkurang pencemarannya, kita bertambah pemasukkan
keuangannya. Maukah kita kreatif mengolah alam? Maukah kita meneladani Kristus
kita yang kreatif mengolah alam? Alam ini butuh bantuan kita untuk mengolah
yang tidak mampu mereka olah.
Nuryanto Gracia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar