Kamis, 17 Oktober 2013

KREATIF MENGOLAH ALAM

KREATIF MENGOLAH ALAM
YOHANES 9:1-7; MARKUS 6: 1-6a

“Sampah adalah emas.” Saya ingat seorang pembicara pada workshop bulan keluarga tanggal 12 Oktober 2013 pernah mengatakan kalimat tersebut. Bagaimana sampah yang kotor dan menjijikkan itu bisa menjadi emas? Dengan kreativitas. Kreativitas mampu mengobah sampah yang menjijikkan menjadi sesuatu yang berharga.

Yesus termasuk salah seorang yang kreatif mengolah alam. Perhatikan bagaimana caranya mengolah alam. Yohanes 9:6 mengatakan, “Setelah Ia mengatakan semuanya itu, Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludah-Nya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi.” Yesus menggunakan ludah dan tanah yang bagi beberapa orang dianggap menjijikkan justru digunakan sebagai obat. Dalam Markus 6:3 Zdikatakan, “Bukankah Ia ini tukang kayu.” Yesus dikenal sebagai seorang tukang kayu. Ada beberapa sumber yang mengatakan bahwa dari umur 12-30tahun Yesus pergi belajar ilmu ke India. Namun ada sumber yang lebih kuat mengatakan Yesus tidak pergi ke mana-mana, dia tinggal dengan ayahnya dan membantu ayahnya menjadi tukang kayu. Untuk menjadi tukang kayu, butuh kreativas tinggi. Dari kayu yang tidak berbentuk, diolah menjadi bentuk yang berguna. Yesus sungguh kreatif mengolah alam.

Saya jadi ingat seorang anak SD bernama Krisna Wardhana. Dia menggunakan kulit telur sebagai obat luka. Biasanya kita hanya menggunakan telur bagian dalamnya saja, kulitnya kita buang sebagai sampah. Namun Krisna mengolah kulit yang dianggap sampah itu menjadi obat. Dia mencuci cangkang telur hingga bersih lalu ditumbuk sampai halus setelah itu ditaburkan di atas luka, maka luka akan cepat mengering. Krisna sungguh kreatif mengolah alam.

Saya juga jadi teringat dengan Tao Xiangli. Ada yang pernah tahu dia itu siapa? Tao Xiangli adalah orang kreatif yang telah mengubah drum bekas menjadi kapal selam. Drum bekas yang sudah tidak terpakai dia olah sedemikian rupa sehingga dapat digunakannya untuk menyelam di air, walaupun tidak secanggih kapal selam modern. Tao Xiangli sungguh kreatif mengolah alam.

Apakah kita memang butuh untuk kreatif mengolah alam? Mari saya ajak kita semua untuk melihat keadaan dunia kita sekarang. Setiap harinya sampah di Jakarta sekitar 6.500 ton itu artinya setara dengan 6.500.000 kg. Anggaplah dari 6.500.000 kg itu ada 1.500.000 sampah yang dapat dihancurkan dalam satu bulan dan 5.000.000 kg sisanya adalah sampah yang hancur puluhan sampai jutaan tahun. Perlu kita ketahuai bersama bahwa limbah kertas akan hancur dalam waktu 1 bulan, limbah Wool akan hancur dalam waktu 1 tahun, limbah kaleng minuman (alumunium) akan hancur dalam waktu 60 tahun, limbah bekas diapers akan hancur dalam waktu 560 tahun, limbah tas kresek akan hancur dalam waktu 1010 tahun, limbah kemasan plastik akan hancur dalam waktu 1.000.010 tahun, limbah bekas botol bekas akan hancur dalam waktu 1.498.000 tahun, limbah bekas gelas styrofoam akan hancur dalam waktu 7.499.998.000 tahun.

Setiap harinya 6.500.000 kg sampah bertambah di Jakarta itu artinya setara dengan 130.000 orang dewasa yang rata-rata berat badannya 50 kg bertambah setiap hari. Bisa bayangkan dalam satu tahun ada berapa banyak sampah di Jakarta? Itu lah kenapa kita tidak bisa membiarkan sampah itu begitu saja. Kita harus mengolahnya secara kreatif.

Mulai dari tindakan sederhana yaitu pisahkan sampah organik dan anorganik. Sampah organik misalnya seperti sampah dari sayur-sayuran, sampah ini bisa diolah menjadi kompos. Sampah anorganik misalnya kertas, plastik, botol plastik dan styrofoam yang dapat diolah menjadi  macam-macam barang daur ulang. Styrofoam jika didiamkan hancur dalam waktu 7.499.998.000 tahun, oleh karena itu lebih baik diolah lagi misalnya dijadikan bahan campuran batako. Sampah-sampah tersebut yang tadinya menjijikkan, tapi jika kita kreatif mengolahnya maka akan menjadi suatu yang berharga. Alam berkurang pencemarannya, kita bertambah pemasukkan keuangannya. Maukah kita kreatif mengolah alam? Maukah kita meneladani Kristus kita yang kreatif mengolah alam? Alam ini butuh bantuan kita untuk mengolah yang tidak mampu mereka olah.

Nuryanto Gracia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar