Kamis, 17 Oktober 2013

KETERBUKAAN DALAM KELUARGA

KETERBUKAAN DALAM KELUARGA
EFESUS 5: 20-21, 6:1-4

“Kamu tahu apa? Dengarkan kata-kata orangtua! Orangtua tahu yang terbaik untuk anaknya karena orangtua sudah banyak makan asam garam.” Kalimat tersebut mungkin sering kita dengar keluar dari mulut orangtua kita ketika kita sedang mengutarakan pendapat atau keinginan kita kepada orangtua kita. Apalagi ketika berbicara tentang masa depan kita, orangtua seakan menjadi orang yang paling tahu karena sudah memakan banyak asam garam sehingga berhak menentukkan jalan hidup kita. Padahal kebanyakan makan garam bisa mengakibatkan darah tinggi, betul ga? Jangan-jangan itu yang mengakibatkan orangtua kita suka marah-marah?

Sebenarnya yang membuat orangtua suka marah-marah bukan karena asam garamnya tapi karena mereka tidak mau terbuka terhadap pikiran anak-anak mereka. Banyak orangtua yang masih hidup pada masa lampau, padahal zaman terus berubah. Bahkan yang lebih parah lagi banyak  orangtua yang menggunakan cara mendidik orangtua mereka di masa lampau untuk mendidik anak mereka di masa kini. Jika di masa lampau mereka dididik dengan kekerasan, maka hal itu diberlakukan juga kepada anak-anak mereka sehingga terjadilah KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga).

Efesus 6:1 sering dijadikan ayat pendukung orangtua agar anak anak-anak menaati orangtua mereka. Tetapi apakah ayat itu meminta kita agar menaati semua yang diperintahkan orangtua kita? Tidak, bukan begitu. Efesus 6:1 mengatakan secara lengkap, “taatilah orang tuamu di dalam Tuhan,” dan Efesus 6:4 mengatakan, “didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.” Jadi yang perlu ditaatilah adalah nasihat orangtua yang sejalan dengan firman Tuhan. Jika nasihat mereka tidak sesuai dengan firman Tuhan, apakah itu artinya kita boleh tidak sopan dengan mereka? Tidak, kita harus tetap menghormati mereka karena Efesus 6:2 mengatakan,” Hormatilah ayahmu dan ibumu.”

Jadi yang dibutuhkan sekarang adalah keterbukaan dalam keluarga. Orangtua mau mendengar pendapat anaknya tanpa menyudutkannya, dan anak juga mau mendengarkan nasihat orangtuanya tanpa menyudutkannya. Pengalaman orangtua kita tetap bisa dijadikan bahan pertimbangan.



Nuryanto Gracia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar