TAMAR
KEJADIAN
38: 1-30; MATIUS 1:3
Pernikahan
pertama, mendapatkan suami yang tidak takut akan Tuhan hingga akhirnya suaminya
meninggal. Pernikahan kedua, mendapatkan suami yang tidak cinta padanya dan
juga tidak takut akan Tuhan hingga akhirnya sang suami meninggal lagi. Calon
suami yang ketiga masih kecil, tapi mau tidak mau dia harus menunggunya besar
karena peraturan pada saat itu mewajibkannya untuk melakukan hal tersebut.
Untuk waktu yang lama dia menunggu calon suaminya besar, namun saat calon suaminya
tersebut sudah besar, ternyata tidak juga diberikan kepadanya. Sepertinya
orangtua dari anak tersebut takut anak cowoknya yang ketiga dan yang terakhir
akan mati juga seperti kedua anaknya yang lain. Penantiannya selama
bertahun-tahun ternyata sia-sia.
Dia
berduka dan putus asa. Akhirnya dia tanggalkan baju yang biasa dipakainya
sebagai tanda dia adalah seorang janda dan berganti mengenakan pakaian mirip
mukena (pakaian yang biasa dipakai perempuan muslim untuk shalat) lalu pergi ke
pintu masuk kota, entahlah apa yang dia pikirkan di sana. Bisa jadi hatinya
sedang hancur remuk, harapannya sirna tak berbekas. Dalam keadaan seperti itu,
tiba-tiba seorang pria menghampirinya. Pria yang tidak asing bagi dirinya. Pria
yang selama ini menjadi mertua dari kedua suaminya terdahulu dan yang berjanji
akan memberikan anak laki-lakinya untuk menjadi suaminya jika anak tersebut
sudah besar. Harusnya pria tersebut mengenali dirinya, namun sayang karena dia
menutup wajahnya, sang mertua pun tidak mengenalinya sehingga dia dikira
perempuan sundal (zanah). Dia diajak
untuk tidur dengan pria itu.
Dalam
keadaan hancur remuk dan tanpa harapan, dia akhirnya menerima tawaran mertuanya
itu. Dalam pikirannya, toh hidupnya sudah berantakan. Tapi juga dia ingin
protes dengan mertuanya atas janji yang mertuanya tidak tepati. Dia
berpura-pura menjadi perempuan sundal yang setiap tidur dengan pria pasti ada
bayarannya. Mertuanya berjanji akan memberikannya seekor anak kambing. Dia
setuju asalkan sebelum anak kambing itu sampai kepadanya, saat itu juga dia
ingin sang mertua memberikan cap meterai serta kalung dan tongkatnya sebagai
jaminan. Sang mertua memberikan apa yang dia minta dan mereka pun tidur
bersama.
Seperti
yang telah dijanjikan, sang mertua hendak memberikan seekor kambing kepadanya
sekaligus mengambil kembali cap meterai serta kalung dan tongkatnya karena
benda-benda itu jauh lebih penting dibandingkan seekor kambing. Mertuanya
mengutus sahabatnya untuk mencari perempuan tersebut dan memberikan kambing
itu. Sahabat mertuanya bertanya-tanya kepada orang sekitar di manakah perempuan
jalang (qadeshah) yang berkeliaran di
tempat tersebut. Pada zaman itu, ada dua tipe perempuan sundal/jalang. Pertama
adalah zanah, ini adalah perempuan sundal/pelacur yang sangat rendah derajatnya.
Kedua adalah qadeshah, ini adalah perempuan jalang/pelacur yang lebih tinggi
derajatnya, biasa disebut pelacur bakti karena mereka melakukan pelacuran di
kuil dan atas perintah dewa-dewi mereka. Sahabat mertuanya tersebut tidak
berhasil menemuinya. Ada dua kemungkinan, kemungkinan pertama memang dia yang
sengaja menyembunyikan diri dan lebih memilih untuk menyimpan benda-benda
penting dari mertuanya daripada menerima seekor kambing atau kemungkinan kedua
karena sahabat mertuanya salah mencari orang. Yang dicari sahabat mertuanya
adalah qadeshah, bukan zanah sehingga orang-orang di sekitarnya
tidak ada yang tahu bahwa ada pelacur bakti di sana. Namun sepertinya
kemungkinan pertama lebih kuat dibandingkan kemungkinan kedua. Sebab, dia
memerlukan benda-benda tersebut sebagai bukti ayah dari anak yang dikandungnya.
Yah, anak yang dikandungnya. Dia sedang
hamil dari ayah mertuanya.
Tiga
bulan kemudian kabar kehamilannya sampai kepada mertuanya, namun mertuanya
tidak tahu bahwa dia lah yang telah menghamili perempuan itu. Dengan penuh
amarah sang mertua meminta perempuan itu dibawa kepadanya untuk dibakar. Namun
perempuan itu menyuruh orang pergi ke mertuanya dan mengatakan “Dari laki-laki
yang empunya barang-barang inilah aku mengandung.” Sang mertua memeriksa cap
meterai serta kalung dan tongkat. Didapatilah ternyata benda-benda itu adalah
miliknya. Sadarlah dia bahwa dia lah yang salah karena tidak memberikan anak
laki-lakinya yang terakhir kepada menantunya tersebut. Dari hasil hubungan
tersebut lahirlah dua anak kembar.
Sungguh
kisah yang kelam. Kisah pernikahan yang berantakan, kisah penantian yang tidak
tersampaikan, dan kisah seorang perempuan baik-baik yang sampai dikira pelacur
hina (zanah). Itulah kisah Tamar.
Kisah yang kita baca di dalam Kejadian 38: 1-30.
Mungkin
kita mengira hidup Tamar yang berantakan tidak memiliki masa depan, bahkan
setelah itu pun kisahnya tidak lagi terdengar. Namun jika kita baca Rut 4:12,
di sana nama Tamar muncul kembali dengan nada positif bahkan sebagai contoh
positif bagi Boas dan Rut yang akan menikah. Yang lebih luar biasa, nama Tamar
muncul di dalam Matius 1:3 sebagai bagian dari silsilah Yesus, sebagai bagian
dari nenek moyang Yesus.
Bagi
manusia mungkin hidup Tamar berantakan, tapi Tuhan tidak membuang dia begitu
saja. Tuhan justru memakai hidupnya untuk menjadi bagian dari karya
penyelamatan Allah bagi dunia. Apakah kita merasa sekarang hidup kita luar
biasa berantakan? Jangan putus asa, Tuhan akan memakai hidup kita. Persiapkan
dan benahilah diri. Yesus mengasihi kita.
Nuryanto Gracia