HARI TUHAN, BERKAH ATAU CELAKA?
MALEAKHI 4: 1-2; MAZMUR 98; 2
TESALONIKA 3: 6-13; LUKAS 21: 5-19
“Hari
ini, harinya Tuhan, harinya Tuhan. Mari kita bersuka ria, bersuka ria.”
Pernah
mendengar lirik lagu tersebut? Jika kita pernah mengikuti sekolah minggu
ataupun menjadi guru sekolah minggu, kita pasti sudah tidak asing lagi dengan
lagu tersebut. Di dalam lirik tersebut,
hari Tuhan digambarkan dengan sangat menggembirakan sekali sehingga kita pun
harus bersuka ria. Entahlah apakah sang penulis syair memahami hari Tuhan yang
dimaksud seperti hari Tuhan yang dipahami oleh umat perjanjian lama dan perjanjian
baru atau hari Tuhan yang dimaksud sebagai hari miliknya Tuhan. Kemungkinan
besar hari Tuhan yang dimaksud oleh pencipta lagu tersebut adalah hari miliknya
Tuhan. Hari senin sampai minggu adalah hari miliknya Tuhan, sehingga tidak ada
yang namanya hari buruk. Semua hari baik karena semuanya adalah milik Tuhan.
Kira-kira demikianlah pesan tersirat dalam lagu tersebut.
Namun
hal ini berbeda dengan yang dimaksud oleh penulis Maleakhi. Jika penulis syair
lagu tersebut mengatakan semua hari baik, tidak ada hari buruk karena semua
harinya Tuhan, justru penulis Maleakhi mengatakan ada hari yang buruk yaitu
Hari Tuhan. Hari Tuhan menyala seperti perapian (Maleakhi 4:1). Bahkan Yesus
dalam Lukas 21: 9-12 mengatakan bahwa Hari Tuhan akan ditandai dengan
peperangan, pemberontakan, gempa bumi, penyakit, kelaparan, hal-hal mengejutkan
dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit, penangkapan dan penganiayaan
orang-orang percaya. Mengerikan sekali bukan?
Jika
begitu, apa menyenangkannya dari hari Tuhan? Sampai-sampai jemaat Tesalonika rela
tidak melakukan apapun demi menanti hari Tuhan. Dalam surat Tesalonika yang
pertama, dikatakan bahwa hari Tuhan akan segera datang. Yesus akan segera
kembali. Jemaat Tesalonika meyakini itu dan menunggu kedatangan Yesus tanpa
melakukan apapun. Mereka tidak bekerja tapi tetap makan sehingga merepotkan
banyak orang. Itulah kenapa, 2 Tesalonka 3: 7 memberikan contoh cara hidup para
rasul yang tidak lalai bekerja dan tidak makan roti orang dengan percuma. Bahkan
di ayat ke-10 sampai dikatakan “Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia
makan.”
Mengapa
ada dua pemahaman yang berbeda tentang hari Tuhan? Maleakhi dan Yesus
menggambarkan Hari Tuhan dengan begitu menyeramkannya namun Jemaat Tesalonika
justru menggambarkan hari Tuhan dengan sesuatu yang menyenangkan sampai mereka
rela tidak melakukan apapun?
Umat
Israel pada zaman Maleakhi hidup dengan mengabaikan nilai-nilai moral dan
keagamaan. Mereka mempersembahkan korban yang tidak layak, yaitu
binatang-binatang yang buta, timpang dan sakit kepada Tuhan padahal mereka
adalah orang-orang yang mampu mempersembahkan lebih baik. Keluarga mereka
abaikan sehingga terjadi kekerasan dan perceraian di dalam keluarga. Di dalam
masyarakat keadilan pun dijungkirbalikkan. Terhadap mereka inilah, Maleakhi
menubuatkan bahwa hari Tuhan menyala seperti perapian dan mereka semua akan dibakar
oleh hari yang akan datang tersebut.
Namun,
bagi orang yang takut akan Tuhan, Hari Tuhan adalah sesuatu yang menyenangkan, “Kamu
akan keluar dan berjingkrak-jingkrak seperti anak lembu lepas kandang”
(Maleakhi 4:2). Kita termasuk orang yang sama seperti umat Israel pada zaman
maleakhi atau umat yang takut akan Tuhan? Berbahagialah jika kita termasuk umat
yang takut akan Tuhan karena hari Tuhan
sungguh membahagiakan.
Namun
itu bukan berarti kita menunggu kedatangan Yesus secara pasif. Yesus
mengatakan, “Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi” (Lukas
21:13). 2 Tesalonika 3:12-13 mengatakan, “Orang-orang yang demikian kami
peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang
melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri. Dan kamu, saudara-saudara, janganlah jemu-jemu
berbuat apa yang baik.” Baik Yesus maupun penulis 2 Tesalonika mengajak kita
untuk menanti kedatangan Hari Tuhan dengan melakukan tindakan aktif bukan
menunggu secara pasif. Mari menanti kedatangan hari Tuhan dengan tidak
jemu-jemu berbuat baik.
Nuryanto Gracia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar