Rabu, 13 November 2013

HARI TUHAN, BERKAH ATAU CELAKA?


HARI TUHAN, BERKAH ATAU CELAKA?

MALEAKHI 4: 1-2; MAZMUR 98; 2 TESALONIKA 3: 6-13; LUKAS 21: 5-19

“Hari ini, harinya Tuhan, harinya Tuhan. Mari kita bersuka ria, bersuka ria.”

Pernah mendengar lirik lagu tersebut? Jika kita pernah mengikuti sekolah minggu ataupun menjadi guru sekolah minggu, kita pasti sudah tidak asing lagi dengan lagu tersebut.  Di dalam lirik tersebut, hari Tuhan digambarkan dengan sangat menggembirakan sekali sehingga kita pun harus bersuka ria. Entahlah apakah sang penulis syair memahami hari Tuhan yang dimaksud seperti hari Tuhan yang dipahami oleh umat perjanjian lama dan perjanjian baru atau hari Tuhan yang dimaksud sebagai hari miliknya Tuhan. Kemungkinan besar hari Tuhan yang dimaksud oleh pencipta lagu tersebut adalah hari miliknya Tuhan. Hari senin sampai minggu adalah hari miliknya Tuhan, sehingga tidak ada yang namanya hari buruk. Semua hari baik karena semuanya adalah milik Tuhan. Kira-kira demikianlah pesan tersirat dalam lagu tersebut.

Namun hal ini berbeda dengan yang dimaksud oleh penulis Maleakhi. Jika penulis syair lagu tersebut mengatakan semua hari baik, tidak ada hari buruk karena semua harinya Tuhan, justru penulis Maleakhi mengatakan ada hari yang buruk yaitu Hari Tuhan. Hari Tuhan menyala seperti perapian (Maleakhi 4:1). Bahkan Yesus dalam Lukas 21: 9-12 mengatakan bahwa Hari Tuhan akan ditandai dengan peperangan, pemberontakan, gempa bumi, penyakit, kelaparan, hal-hal mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit, penangkapan dan penganiayaan orang-orang percaya. Mengerikan sekali bukan?

Jika begitu, apa menyenangkannya dari hari Tuhan? Sampai-sampai jemaat Tesalonika rela tidak melakukan apapun demi menanti hari Tuhan. Dalam surat Tesalonika yang pertama, dikatakan bahwa hari Tuhan akan segera datang. Yesus akan segera kembali. Jemaat Tesalonika meyakini itu dan menunggu kedatangan Yesus tanpa melakukan apapun. Mereka tidak bekerja tapi tetap makan sehingga merepotkan banyak orang. Itulah kenapa, 2 Tesalonka 3: 7 memberikan contoh cara hidup para rasul yang tidak lalai bekerja dan tidak makan roti orang dengan percuma. Bahkan di ayat ke-10 sampai dikatakan “Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.”

Mengapa ada dua pemahaman yang berbeda tentang hari Tuhan? Maleakhi dan Yesus menggambarkan Hari Tuhan dengan begitu menyeramkannya namun Jemaat Tesalonika justru menggambarkan hari Tuhan dengan sesuatu yang menyenangkan sampai mereka rela tidak melakukan apapun?

Umat Israel pada zaman Maleakhi hidup dengan mengabaikan nilai-nilai moral dan keagamaan. Mereka mempersembahkan korban yang tidak layak, yaitu binatang-binatang yang buta, timpang dan sakit kepada Tuhan padahal mereka adalah orang-orang yang mampu mempersembahkan lebih baik. Keluarga mereka abaikan sehingga terjadi kekerasan dan perceraian di dalam keluarga. Di dalam masyarakat keadilan pun dijungkirbalikkan. Terhadap mereka inilah, Maleakhi menubuatkan bahwa hari Tuhan menyala seperti perapian dan mereka semua akan dibakar oleh hari yang akan datang tersebut.

Namun, bagi orang yang takut akan Tuhan, Hari Tuhan adalah sesuatu yang menyenangkan, “Kamu akan keluar dan berjingkrak-jingkrak seperti anak lembu lepas kandang” (Maleakhi 4:2). Kita termasuk orang yang sama seperti umat Israel pada zaman maleakhi atau umat yang takut akan Tuhan? Berbahagialah jika kita termasuk umat yang takut akan Tuhan karena  hari Tuhan sungguh membahagiakan.

Namun itu bukan berarti kita menunggu kedatangan Yesus secara pasif. Yesus mengatakan, “Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi” (Lukas 21:13). 2 Tesalonika 3:12-13 mengatakan, “Orang-orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri.  Dan kamu, saudara-saudara, janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik.” Baik Yesus maupun penulis 2 Tesalonika mengajak kita untuk menanti kedatangan Hari Tuhan dengan melakukan tindakan aktif bukan menunggu secara pasif. Mari menanti kedatangan hari Tuhan dengan tidak jemu-jemu berbuat baik.

 

Nuryanto Gracia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar