Kamis, 07 November 2013

ALLAH ORANG YANG HIDUP


ALLAH ORANG YANG HIDUP

AYUB 19:23-27; MAZMUR 17: 1-9; 2 TESALONIKA 2: 1-5, 13-17; LUKAS 20:27-38

Mungkin kita pernah mengalami keadaan saat hati kita hancur berkeping-keping karena suami, istri, anak, sahabat atau orang yang kita percayai mengkhianati kita atau tidak peduli lagi dengan kita. Mungkin juga kita pernah ada dalam keadaan tanpa harapan, tanpa kehormatan dan tak ada seorang pun yang menaruh belas kasihan kepada kita. Mungkin kita pernah terjebak dalam suatu keadaan yang tidak ada jalan keluarnya. Lalu apa yang biasanya kita lakukan? Putus asa, bahkan banyak yang berakhir dengan bunuh diri.

Ayub juga pernah mengalami keadaan tersebut. Ayub bahkan sampai mengutuki hari kelahirannya karena begitu putus-asanya dia (Ayub 3: 1-19). Dalam Ayub 19: 23-24, Ayub meminta agar setiap perkataannya yang sebelumnya, yang penuh keluh kesah dan kekecewaan terhadap sahabat-sahabatnya dan juga terhadap Tuhan, dicatat di dalam kitab dan diukir pada gunung batu untuk selamanya. Agar setiap orang tahu betapa pedih dan memilukan kehidupannya. Namun yang mengejutkan, pada Ayub 19: 25-27, Ayub walaupun dalam keadaan tertekan masih yakin bahwa Penebusnya hidup, Allah akan memihak kepadanya, dia akan menyaksikan Allah dengan matanya sendiri. Yang lebih mengagumkan walaupun dalam keadaan tertekan luar biasa dia masih mampu mengatakan “hati nuraniku merana karena rindu” (Ayub 19:27). Walaupun nanti pada perikop-perikop berikutnya kita masih akan menyaksikan betapa Ayub masih terus berperkara kepada Allah, tapi sesungguhnya dalam imannya dia masih yakin bahwa Allah terus memihaknya. Itulah mengapa pada Ayub 42:1-6, Ayub menyesal dan menarik perkataannya yang telah menyalahkan Tuhan. Ayub mengulang kembali keyakinan imannya yang pernah dia ucapkan di Ayub 19: 27, kini dia ucapkan kembali pada Ayub 42:5 “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.”

Jika kita mengalami apa yang dialami Ayub, apalagi sampai merasa seperti ditinggalkan Allah, itu mungkin merupakan hari terburuk dalam hidup kita. Jemaat Tesalonika juga pernah merasakan ditinggalkan Allah. Selama ini, khususnya dalam Surat 1 Tesalonika, dikatakan bahwa Yesus akan datang kembali tetapi setelah ditunggu lama Yesus tidak datang juga. Mereka mulai gelisah dan tidak tenang, apakah Yesus lupa kepada mereka, apakah Yesus mengabaikan mereka, apakah Yesus benar akan datang kembali? Dalam keadaan jemaat Tesalonika yang bingung dan gelisah tersebut, mereka diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran yang sesat. Oleh karena itu, Penulis surat 2 Tesalonika mengingatkan agar jemaat jangan sampai disesatkan (2 Tesalonika 2:3). Penulis 2 Tesalonika mengingatkan agar jemaat tetap berdiri teguh dan berpegang pada ajaran-ajaran yang telah mereka terima dari Paulus dan para rasul.

Kita belajar dari dua kisah di atas, Ayub dan jemaat Tesalonika, bahwa dalam keadaan terburuk sekalipun teruslah memandang kepada Allah, berpegang teguhlah kepada Firman Tuhan. Tuhan sekali-kali tidak akan pernah meninggalkan kita ataupun membiarkan kita terus terpuruk dalam masalah kita. Ingat, Yesus mengatakan bahwa “Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup” (Lukas 20:38).

Jika kita datang kehadapan Tuhan membawa semua beban kehidupan kita yang terasa berat menindih kita dan membuat kita seakan sudah tidak mampu hidup lagi, maka kita tidak akan dibiarkanNya mati terpuruk oleh masalah kita sebab di hadapan Dia semua orang hidup. Semua orang mendapatkan semangat untuk hidup dan berkarya. Bahkan di dalam Allah semangat hidup mereka yang telah mati pun ikut turut ambil bagian dalam persekutuan tersebut. Itulah mengapa dalam Pengakuan Iman Rasuli kita mengucapkan “persekutuan orang kudus.”

Kita yang telah merasakan kasih dari Allah yang hidup itu pun harus menghadirkan Allah yang hidup tersebut kepada setiap mereka yang putus asa dan ingin mati. Kehadiran kita baik sebagai komunitas umat percaya mau pun pribadi, seharusnya menghadirkan juga Allah yang hidup tersebut sehingga di mana kita berada, kasih Allah berada dan kehidupan pun turut hadir. Jangan sampai kehadiran kita justru merenggut kehidupan yang telah Allah semai.

 

NG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar