ALLAH ORANG YANG HIDUP
AYUB 19:23-27; MAZMUR 17: 1-9; 2
TESALONIKA 2: 1-5, 13-17; LUKAS 20:27-38
Mungkin kita pernah
mengalami keadaan saat hati kita hancur berkeping-keping karena suami, istri,
anak, sahabat atau orang yang kita percayai mengkhianati kita atau tidak peduli
lagi dengan kita. Mungkin juga kita pernah ada dalam keadaan tanpa harapan,
tanpa kehormatan dan tak ada seorang pun yang menaruh belas kasihan kepada
kita. Mungkin kita pernah terjebak dalam suatu keadaan yang tidak ada jalan
keluarnya. Lalu apa yang biasanya kita lakukan? Putus asa, bahkan banyak yang
berakhir dengan bunuh diri.
Ayub juga pernah
mengalami keadaan tersebut. Ayub bahkan sampai mengutuki hari kelahirannya
karena begitu putus-asanya dia (Ayub 3: 1-19). Dalam Ayub 19: 23-24, Ayub
meminta agar setiap perkataannya yang sebelumnya, yang penuh keluh kesah dan
kekecewaan terhadap sahabat-sahabatnya dan juga terhadap Tuhan, dicatat di
dalam kitab dan diukir pada gunung batu untuk selamanya. Agar setiap orang tahu
betapa pedih dan memilukan kehidupannya. Namun yang mengejutkan, pada Ayub 19:
25-27, Ayub walaupun dalam keadaan tertekan masih yakin bahwa Penebusnya hidup,
Allah akan memihak kepadanya, dia akan menyaksikan Allah dengan matanya
sendiri. Yang lebih mengagumkan walaupun dalam keadaan tertekan luar biasa dia
masih mampu mengatakan “hati nuraniku merana karena rindu” (Ayub 19:27).
Walaupun nanti pada perikop-perikop berikutnya kita masih akan menyaksikan betapa
Ayub masih terus berperkara kepada Allah, tapi sesungguhnya dalam imannya dia
masih yakin bahwa Allah terus memihaknya. Itulah mengapa pada Ayub 42:1-6, Ayub
menyesal dan menarik perkataannya yang telah menyalahkan Tuhan. Ayub mengulang
kembali keyakinan imannya yang pernah dia ucapkan di Ayub 19: 27, kini dia
ucapkan kembali pada Ayub 42:5 “Hanya dari kata orang saja aku mendengar
tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.”
Jika kita mengalami apa
yang dialami Ayub, apalagi sampai merasa seperti ditinggalkan Allah, itu
mungkin merupakan hari terburuk dalam hidup kita. Jemaat Tesalonika juga pernah
merasakan ditinggalkan Allah. Selama ini, khususnya dalam Surat 1 Tesalonika,
dikatakan bahwa Yesus akan datang kembali tetapi setelah ditunggu lama Yesus
tidak datang juga. Mereka mulai gelisah dan tidak tenang, apakah Yesus lupa
kepada mereka, apakah Yesus mengabaikan mereka, apakah Yesus benar akan datang
kembali? Dalam keadaan jemaat Tesalonika yang bingung dan gelisah tersebut,
mereka diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran yang sesat. Oleh
karena itu, Penulis surat 2 Tesalonika mengingatkan agar jemaat jangan sampai
disesatkan (2 Tesalonika 2:3). Penulis 2 Tesalonika mengingatkan agar jemaat
tetap berdiri teguh dan berpegang pada ajaran-ajaran yang telah mereka terima
dari Paulus dan para rasul.
Kita belajar dari dua
kisah di atas, Ayub dan jemaat Tesalonika, bahwa dalam keadaan terburuk
sekalipun teruslah memandang kepada Allah, berpegang teguhlah kepada Firman
Tuhan. Tuhan sekali-kali tidak akan pernah meninggalkan kita ataupun membiarkan
kita terus terpuruk dalam masalah kita. Ingat, Yesus mengatakan bahwa “Ia bukan
Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang
hidup” (Lukas 20:38).
Jika kita datang
kehadapan Tuhan membawa semua beban kehidupan kita yang terasa berat menindih
kita dan membuat kita seakan sudah tidak mampu hidup lagi, maka kita tidak akan
dibiarkanNya mati terpuruk oleh masalah kita sebab di hadapan Dia semua orang
hidup. Semua orang mendapatkan semangat untuk hidup dan berkarya. Bahkan di
dalam Allah semangat hidup mereka yang telah mati pun ikut turut ambil bagian
dalam persekutuan tersebut. Itulah mengapa dalam Pengakuan Iman Rasuli kita
mengucapkan “persekutuan orang kudus.”
Kita yang telah
merasakan kasih dari Allah yang hidup itu pun harus menghadirkan Allah yang
hidup tersebut kepada setiap mereka yang putus asa dan ingin mati. Kehadiran kita
baik sebagai komunitas umat percaya mau pun pribadi, seharusnya menghadirkan
juga Allah yang hidup tersebut sehingga di mana kita berada, kasih Allah berada
dan kehidupan pun turut hadir. Jangan sampai kehadiran kita justru merenggut
kehidupan yang telah Allah semai.
NG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar