Kamis, 19 Desember 2013

BATSYEBA



BATSYEBA
2 SAMUEL 11: 1-5, 12: 24-25; MATIUS 1:6

“Pernikahan politik.” Istilah ini dipakai untuk menunjuk kepada sepasang muda-mudi yang dinikahkan oleh orangtuanya karena alasan politik atau alasan kepentingan perusahaan. Dengan menikahkan kedua insan tersebut, diharapkan hubungan politik membaik atau perusahaan orangtuanya semakin kuat. Orangtua yang menikahkan mereka mendapatkan keuntungan yaitu hubungan politik atau perusahaan mereka semakin membaik. Lalu bagaimana dengan muda-mudi yang dinikahkan tersebut? Bagaimana dengan perasaan mereka?

Bisa jadi ada yang akhirnya bisa mencintai pasangannya setelah proses pernikahan terjadi, tapi bisa juga ada yang tidak mencintai pasangannya karena pernikahan mereka memang terjadi atas dasar politik, bukan atas dasar cinta. Mereka menikah karena terpaksa. Rasa sakit yang mendalam mungkin mereka alami. Sakit karena harus memaksakan diri menikahi orang tidak mereka sayang, dan sakit karena harus meninggalkan orang yang sebenarnya mereka cintai demi menikahi orang lain yang tidak mereka cintai. Yah, itulah pernikahan politik.

Bagaimana dengan Batsyeba? Apakah Batsyeba juga mengalami yang namanya pernikahan politik dengan Raja Daud? Tidak. Hal itu tidak mungkin, mengingat Batsyeba hanyalah istri dari seorang prajurit (2 Samuel 11:3). Apa gunanya seorang raja melakukan pernikahan politik dengan seorang istri prajurit? Tidak ada pengaruhnya sama sekali terhadap keadaan politik. Lalu mengapa Daud mengambil Batsyeba menjadi istrinya (2 Samuel 11:27). Nafsu. Yah karena nafsu. Nafsu yang tidak dapat dikendalikan membawa Daud pada perzinahan dengan Batsyeba hingga perempuan itu hamil (2 Samuel 11: 2-5). Pernikahan politik sudah sangat menyakitkan, apalagi ini pernikahan karena nafsu yang dipaksakan.

Jika kita dalam posisi Batsyeba, kita akan merasakan betapa sakitnya hati Batsyeba. Perempuan lemah, tidak berdaya dari masyarakat biasa yang tidak dapat melawan kehendak buruk rajanya. Dia ingin berontak tapi tak kuasa melawan kekuasaan sang raja. Dia hanya bisa membersihkan dirinya dari kenajisan, setidaknya itulah yang dapat dilakukannya (2 Samuel 11:4).

Betapa sakitnya dia ketika mengetahui dirinya mengandung akibat dari perlakuan buruk rajanya kepadanya. Sakitnya makin bertambah ketika dia mengetahui suaminya mati (2 Samuel 11:26). Akhirnya dia menikah dengan Daud. Beberapa bulan dia mencoba mengobati luka hatinya, sambil terus merawat anak dalam kandungannya. Namun ketika anak itu lahir, justru anak itu kena tulah selama tujuh hari. Bisa kita bayangkan betapa sakitnya hati Batsyeba menyaksikan anaknya selama tujuh hari menderita sakit yang amat sangat. Hingga akhirnya anaknya mati. Betapa sakit hatinya, di depan matanya dia melihat penderitaan anaknya dan kematian anaknya, Daud pun berusaha menghiburnya (2 Samuel 12:24). Luar biasa sakit hati yang dialami oleh Batsyeba.

Batsyeba pasti tidak membayangkan dia akan mengalami sakit hati luar biasa bertubi-tubi seperti itu. Mungkin juga kita pernah mengalami keadaan sakit hati yang bertubi-tubi hingga untuk bangkit pun kita sudah tidak sanggup lagi. Untuk menatap matahari pagi pun kita sudah tak ingin lagi. Luar biasa sakitnya, entah sakit yang diakibatkan oleh orang yang jauh dari kita ataupun orang terdekat dengan kita (sahabat, pacar/istri/suami, keluarga).

Namun ketahuilah, Tuhan tidak pernah membiarkan kita terus menerus terpuruk dalam sakit hati kita. Batsyeba Tuhan pulihkan. Dia mengobati sakit hati Batsyeba dengan memberikannya seorang anak yang dikasihi Tuhan dan yang nantinya akan menjadi anak yang penuh hikmat, yaitu Salomo (2 Samuel 12:24). Tidak hanya itu, anak itu kemudian hari menjadi salah satu bagian dari daftar nenek moyang Yesus (Matius 1: 6-7).

Tuhan tidak hanya memulihkan luka sakit hatinya Batsyeba, Dia juga merangkul Batsyeba dan menjadikannya bagian dari karya penyelamatan Allah. Tidak hanya Batsyeba, Tuhan juga bisa memulihkan luka sakit hati kita, dan memakai kita untuk pekerjaanNya. Datanglah padaNya dan biarkan Dia membalut luka sakit hati yang menganga besar tersebut.

Nuryanto Gracia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar