Kamis, 05 Desember 2013

RAHAB


RAHAB
(Yos 2: 1-24, Mat 1: 5)

Bagaimana reaksi kita ketika ada pemulung yang ikut kebaktian di gereja, dengan pakaian tidak seindah dan seharum kita? Mungkinkah kita jijik dan terusik dengan kehadiran mereka? Bagaimana reaksi kita ketika ada waria yang beribadah bersama dengan kita? Mungkinkah kita jijik dan terusik dengan kehadiran mereka? Bagaimana jika ada seorang pelacur yang hadir dalam kegiatan gereja bersama-sama dengan kita? Mungkinkah kita jijik dan terusik? Mungkinkah kita akan menghakimi mereka dengan berpikiran bahwa mereka adalah orang-orang munafik yang pagi ke gereja tapi malam berzinah?

Mungkin banyak di antara kita yang tidak dapat menerima kehadiran mereka. Kita menganggap mereka adalah kaum hina yang menjijikkan dan tidak layak beribadah bersama dengan kita. Mungkin kita masih bisa mentolerir pemulung. Bagi kita, pemulung hanya kotor bajunya. Jadi tidak masalah, asalkan lain kali dia mau membersikan tubuhnya setiap akan pergi ke gereja. Namun kita mungkin tidak bisa mentolerir kehadiran waria dan pelacur di dalam gereja kita, karena mereka bukan kotor bajunya tapi kotor hatinya. Yah, mungkin banyak di antara kita yang berpikiran seperti itu.

Mungkin masih banyak di antara kita yang tidak bisa menerima orang hina dan penuh dosa untuk ikut beribadah di gereja kita. Namun, Yesus yang kita sembah, ternyata berbeda dengan kita. Dia justru merangkul pelacur untuk dijadikan nenek moyangnya. Pelacur itu bernama Rahab (Matius 1:5). Pelacur itu Dia rangkul untuk menjadi bagian dalam karya penyelamatan umat manusia.

Apa yang telah pelacur itu lakukan sehingga Yesus merangkulnya? Bukan sebuah perkara yang sangat besar mungkin di mata kita. Dia tidak menobatkan 3000 orang seperti Petrus. Dia tidak membelah laut Teberau seperti Musa. Dia tidak menyembuhkan banyak orang seperti Yesus. Dia hanya menyembunyikan dan menyelamatkan mata-mata Israel yang datang ke Kanaan. Tindakan itu dilakukan atas dasar imannya kepada Allah Israel. Dia percaya terhadap kuasa Allah Israel dan karenanya itu dia memohon belas kasihan dan penyelamatan dari Allah Israel (Yosua 2:9-13). Atas tindakannya dan atas imannya pula, Allah menyelamatkan dia berserta keluarganya (Yosua 6:25).

Setelah itu, pelacur itu pun hidup bersama-sama dengan orang Israel dan mengalami perubahan hidup. Dia tidak lagi jadi pelacur. Dia menikah dengan seorang pria bernama Salmon (Rut 4:21; Matius 1:5). Yesus menerima pelacur, yang dianggap hina oleh sekitar. Penerimaan itu membuahkan perubahan dan pertobatan.

Siapapun bisa berubah, siapapun bisa diselamatkan, siapapun bisa dipakai oleh Allah, bahkan orang paling hina sekalipun. Oleh karena itu, jangan menghakimi orang yang hina, terima mereka, rangkullah mereka. Penerimaan membawa kepada perubahan dan pertobatan.

Nuryanto Gracia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar