BEBAN NAMUN TAK MEMBEBANI
(MAT 11: 25-30)
Di sekolah kita belajar bahwa untuk meringankan beban kita bisa menggunakan
beberapa cara, di antaranya adalah dengan menggunakan pesawat sederhana atau
bidang miring. Namun ada satu yang tidak dipelajari di sekolah, cara lain untuk
meringankan beban. Apa itu? Cinta.
Cinta membuat beban seberat apapun tak terasa membebani. Itulah sebabnya
para penggombal dapat mengatakan, “Gunung ku daki, lautan ku seberangi, badai
ku lewati.” Memang kata-kata itu adalah gombalan namun pada kenyataannya cinta
memang membuat beban menjadi tidak membebani.
Kita rela menunggu pacar berjam-jam, padahal biasanya kita menunggu bus
setengah jam saja sudah kesal. Kita rela mendegarkan pacar kita berbicara
berjam-jam, padahal biasanya mendengar guru bicara 15 menit saja kita sudah
bosan. Mereka yang LDR (pacaran jarak jauh) rela mengirit uang jajan demi
menabung agar bisa bertemu pacar.
Begitu juga dengan kuk yang Yesus tawarkan. Tanpa rasa cinta kepada-Nya, kuk
itu pasti akan terasa sangat berat. Namun apabila dengan cinta kepadaNya maka
kuk itu pasti akan terasa enak dan ringan (Mat 11:30).
Kuk adalah palang kayu yang dipasang pada tengkuk sapi atau keledai agar mereka
dapat menarik bajak atau kereta. Kuk itu adalah firman Tuhan, sapi itu adalah
kita, dan bajak/kereta itu adalah kehidupan kita. Tanpa kuk sapi tidak dapat
menarik bajak atau kereta, dan geraknya tidak akan terarah dengan baik. Tanpa
firman Tuhan, hidup kita tidak akan bisa berjalan dan terarah dengan baik.
Namun sekali lagi, tanpa cinta kepada Tuhan, firman Tuhan pasti akan
terasa memberatkan. Dengan cinta kepada Tuhan, firman Tuhan terasa menyenangkan
sehingga beban tidak lagi membebani.
Nuryanto Gracia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar