Kamis, 29 Agustus 2013

BEBAN NAMUN TAK MEMBEBANI



BEBAN NAMUN TAK MEMBEBANI
(MAT 11: 25-30)

                Di sekolah kita belajar bahwa untuk meringankan beban kita bisa menggunakan beberapa cara, di antaranya adalah dengan menggunakan pesawat sederhana atau bidang miring. Namun ada satu yang tidak dipelajari di sekolah, cara lain untuk meringankan beban. Apa itu? Cinta.
                Cinta membuat  beban seberat apapun tak terasa membebani. Itulah sebabnya para penggombal dapat mengatakan, “Gunung ku daki, lautan ku seberangi, badai ku lewati.” Memang kata-kata itu adalah gombalan namun pada kenyataannya cinta memang membuat beban menjadi tidak membebani.
                Kita rela menunggu pacar berjam-jam, padahal biasanya kita menunggu bus setengah jam saja sudah kesal. Kita rela mendegarkan pacar kita berbicara berjam-jam, padahal biasanya mendengar guru bicara 15 menit saja kita sudah bosan. Mereka yang LDR (pacaran jarak jauh) rela mengirit uang jajan demi menabung agar bisa bertemu pacar.
                Begitu juga dengan kuk yang Yesus tawarkan. Tanpa rasa cinta kepada-Nya, kuk itu pasti akan terasa sangat berat. Namun apabila dengan cinta kepadaNya maka kuk itu pasti akan terasa enak dan ringan (Mat 11:30).
                Kuk adalah palang kayu yang dipasang pada tengkuk sapi atau keledai agar mereka dapat menarik bajak atau kereta. Kuk itu adalah firman Tuhan, sapi itu adalah kita, dan bajak/kereta itu adalah kehidupan kita. Tanpa kuk sapi tidak dapat menarik bajak atau kereta, dan geraknya tidak akan terarah dengan baik. Tanpa firman Tuhan, hidup kita tidak akan bisa berjalan dan terarah dengan baik.  Namun sekali lagi, tanpa cinta kepada Tuhan, firman Tuhan pasti akan terasa memberatkan. Dengan cinta kepada Tuhan, firman Tuhan terasa menyenangkan sehingga beban tidak lagi membebani.
Nuryanto Gracia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar