Senin, 26 Agustus 2013

Damai Di Bumi Indonesia

Damai Di Bumi Indonesia
Yeremia 23:23-29, Mazmur 82, Ibrani 11:29-12:2, Lukas 12:49-56



Ada dua orang pelukis yang mencoba melukiskan damai sejahtera. Pelukis pertama melukiskan damai sejahtera ibarat sebuah hutan yang terbentang luas serta pohon-pohonya menghijau. Suasana sejuk dan meneduhkan. Tiada terpaan angin kencang. Semua penghuni hutan bersahabat satu dengan lainnya, sehingga tidak pernah terjadi keributan dan perselisihan. Dari lukisan tersebut, bagi sang pelukis pertama, damai sejahtera identik dengan ketenangan, keteduhan dan keadaan yang serba tidak ada masalah. Pelukis kedua melukiskan damai sejahtera seperti lautan bergelombang. Hantaman ombak terus menderu dan suaranya sangat menakutkan. Suasana lautan begitu mencekam. Namun di tengah lautan itu berdiri batu karang yang teguh, yang tidak tumbang akibat terpaan gelombang. Di atas batu karang itu terdapat sepasang burung yang sedang berpacaran sambil menyaksikan gelombang badai yang menakutkan itu. Burung-burung itu seolah-olah tidak merasa takut karena hantaman badai. Bagi pelukis kedua damai sejahtera itu berarti tenang di tengah badai.
Dari kedua jenis damai sejahtera tersebut, damai seperti apa yang dapat diusahakan oleh bangsa Indonesia? Bila damai yang pertama maka tidak mungkin keadaan tenang, teduh serta tidak ada masalah sama sekali terjadi di negeri kita. Keadaan seperti itu hanya terjadi di surga. Tetapi bila damai yang kedua mungkin dapat diusahakan sebab negeri kita tidak dapat tidak, selalu dilalui gelombang kehidupan, banyak pergumulan yang tengah dihadapi bangsa kita saat ini. Pergumulan tersebut seperti konflik antar agama/suku, terorisme, korupsi, pelanggaran HAM dan sebagainya sering menimbulkan ketidaktentraman. Dalam situasi ketidaktentraman seperti ini, orang-orang percaya dipanggil untuk mengusahakan damai sejahtera.
Di Alkitab pernah disebutkan bahwa Yesus Kristus adalah Raja Damai namun mengapa dalam Injil Lukas dikatakan bahwa Yesus membawa pertentangan? (Luk.12:51). Yesus membawa pertentangan di dunia memang pernah dinubuatkan oleh nabi Simeon (Luk. 2:34). Pertentangan yang dimaksudkan adalah kehadiran Yesus melalui kehidupan, penyaliban dan kebangkitan-Nya membuat orang-orang menerima Dia atau menolak-Nya. Kehadiran Yesus memisahkan orang-orang percaya dari orang-orang dunia sebab melalui pengorbanan-Nya di Kayu Salib, sesungguhnya Yesus Kristus menghadirkan damai sejahtera dan keselamatan bagi seluruh umat manusia. Bagi mereka yang memilih untuk tidak percaya kepada-Nya maka damai sejahtera tidak tinggal di dalam hati mereka. Sehingga tidak heran bila pelanggaran, permusuhan, kebencian, kesewenang-wenangan terjadi di sekitar kita.
Dalam konteks Indonesia, damai sejahtera yang dapat diusahakan oleh orang-orang percaya adalah dengan bersikap tidak eksklusif. Negara kita memiliki keanekaragaman sebagai ciri khasnya. Keanekaragaman tersebut memang menjadi kebanggaan namun tidak jarang menimbulkan konflik baik antar agama, antar suku, antar ras, antar golongan dan status sosial. Dengan bersikap tidak eksklusif, kita dipanggil untuk membuka diri dalam perbedaan. Dalam membuka diri, orang-orang percaya tidak melulu mengurusi kebutuhan pribadi dan kelompoknya tetapi juga peduli pada kebutuhan sesama yang berbeda. Dalam membuka diri inilah orang-orang percaya dapat bekerja sama lintas iman/golongan dan menyalurkan kasih Allah sebab mereka yang berbeda juga kekasih Allah. Mari membangun bangsa ini dengan damai sejahtera dari Allah melalui sikap hidup yang tidak eksklusif. Dirgahayu Republik Indonesia ke-68! Tuhan Yesus memberkati.

Febrita Melati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar