IMAN YANG BERHARAP: MEMANDANG ALLAH YANG JANJINYA TEGUH
Kejadian 15:1-6, Mazmur 33:12-22, Ibrani 11:1-3, 8-16, Lukas 12:32-40
Banyak hal di dunia ini yang membuat orang kuatir, diantaranya: belum mendapat pekerjaan, belum mempunyai pasangan hidup, sudah menikah namun belum mempunyai anak, kuatir tentang pergaulan anak, belum cukup biaya untuk membayar uang sekolah anak, kuatir akan kejujuran dan kesetiaan pasangan hidup, kuatir akan masa depan, dan sebagainya. Kekuatiran dapat dialami dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja.
Di dalam Alkitab, kekuatiran juga pernah melanda Bapa orang beriman. Di tengah usianya yang semakin lanjut, Abraham belum dikaruniai keturunan, sehingga ia merasa yakin bahwa yang menjadi ahli warisnya ialah hambanya sendiri, Eliezer. Memang, Tuhan Allah pernah berjanji kepadanya bahwa ia akan mempunyai keturunan sebanyak bintang di langit (Kej. 15:4-5). Namun berpuluh-puluh tahun kemudian Tuhan Allah belum memberikannya. Abram pun tetap setia menunggu dan melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Hingga akhirnya Ia sendiri melihat janji Tuhan Allah tergenapi di dalam Ishak pada usia yang keseratus tahun. Ishak kemudian memperanakan Yakub dan Yakub memperanakan kedua belas suku Israel. Kemudian kedua belas suku Israel menjadi bangsa yang besar. Tergenapilah janji Tuhan Allah dengan memberi keturunan sebanyak bintang di langit dan pasir di tepi laut yang tidak terhitung banyaknya karena ia menganggap Tuhan Allah yang memberikan janji itu setia (Ibr. 11:11-12).
Tuhan Allah kita bukanlah Tuhan yang mengobral janji. Dia adalah Tuhan yang setia pada janji-Nya. Kita menemukan banyak janji Tuhan di dalam Alkitab. Bila kita menemukan janji Tuhan bahwa Ia adalah Gembala kita, dan kita tak ‘kan kekurangan (Maz.23:1) maka kita tidak perlu kuatir akan kebutuhan hidup. Bila kita meyakini bahwa setiap orang yang percaya kepada-Nya akan beroleh hidup kekal (Yoh.3:16) maka kita tidak perlu kuatir bila ada anggota keluarga kita yang percaya pada-Nya meninggal. Bila kita percaya bahwa Tuhan akan menanggung beban kita (Mat. 11:28) maka kita tidak perlu merasa sendirian ketika ditimpa masalah.
Kita tidak perlu kuatir bahwa Tuhan akan ingkar janji. Tuhan yang memberikan janji, Tuhan pasti menepati. Percaya akan janji-Nya adalah suatu langkah iman yang mesti kita pilih. Iman yang senantiasa percaya dan berusaha dengan setia sampai segala harapan terwujud. Mari meneladani iman Abraham. Mari kita sandarkan harapan kita pada Allah yang memegang teguh janji-Nya. Amin.
Febrita Melati
Kejadian 15:1-6, Mazmur 33:12-22, Ibrani 11:1-3, 8-16, Lukas 12:32-40
Banyak hal di dunia ini yang membuat orang kuatir, diantaranya: belum mendapat pekerjaan, belum mempunyai pasangan hidup, sudah menikah namun belum mempunyai anak, kuatir tentang pergaulan anak, belum cukup biaya untuk membayar uang sekolah anak, kuatir akan kejujuran dan kesetiaan pasangan hidup, kuatir akan masa depan, dan sebagainya. Kekuatiran dapat dialami dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja.
Di dalam Alkitab, kekuatiran juga pernah melanda Bapa orang beriman. Di tengah usianya yang semakin lanjut, Abraham belum dikaruniai keturunan, sehingga ia merasa yakin bahwa yang menjadi ahli warisnya ialah hambanya sendiri, Eliezer. Memang, Tuhan Allah pernah berjanji kepadanya bahwa ia akan mempunyai keturunan sebanyak bintang di langit (Kej. 15:4-5). Namun berpuluh-puluh tahun kemudian Tuhan Allah belum memberikannya. Abram pun tetap setia menunggu dan melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Hingga akhirnya Ia sendiri melihat janji Tuhan Allah tergenapi di dalam Ishak pada usia yang keseratus tahun. Ishak kemudian memperanakan Yakub dan Yakub memperanakan kedua belas suku Israel. Kemudian kedua belas suku Israel menjadi bangsa yang besar. Tergenapilah janji Tuhan Allah dengan memberi keturunan sebanyak bintang di langit dan pasir di tepi laut yang tidak terhitung banyaknya karena ia menganggap Tuhan Allah yang memberikan janji itu setia (Ibr. 11:11-12).
Tuhan Allah kita bukanlah Tuhan yang mengobral janji. Dia adalah Tuhan yang setia pada janji-Nya. Kita menemukan banyak janji Tuhan di dalam Alkitab. Bila kita menemukan janji Tuhan bahwa Ia adalah Gembala kita, dan kita tak ‘kan kekurangan (Maz.23:1) maka kita tidak perlu kuatir akan kebutuhan hidup. Bila kita meyakini bahwa setiap orang yang percaya kepada-Nya akan beroleh hidup kekal (Yoh.3:16) maka kita tidak perlu kuatir bila ada anggota keluarga kita yang percaya pada-Nya meninggal. Bila kita percaya bahwa Tuhan akan menanggung beban kita (Mat. 11:28) maka kita tidak perlu merasa sendirian ketika ditimpa masalah.
Kita tidak perlu kuatir bahwa Tuhan akan ingkar janji. Tuhan yang memberikan janji, Tuhan pasti menepati. Percaya akan janji-Nya adalah suatu langkah iman yang mesti kita pilih. Iman yang senantiasa percaya dan berusaha dengan setia sampai segala harapan terwujud. Mari meneladani iman Abraham. Mari kita sandarkan harapan kita pada Allah yang memegang teguh janji-Nya. Amin.
Febrita Melati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar