Senin, 26 Agustus 2013

Doa: Kemurahan yang disambut dalam Ketaatan

Doa: Kemurahan yang disambut dalam Ketaatan
Kejadian 18:20-32, Mazmur 138, Kolose 2:6-19, Lukas 11:1-13



Peribahasa “Ora et Labora” adalah semboyan yang berasal dari tradisi kerahiban (monastik) baik di Barat maupun di Timur. Dalam tradisi tersebut doa dan kerja menentukan irama hidup para rahib. Kerja dengan tangan diberi tempat dalam keseluruhan hidup membiara. Maka tak heran bila kita melihat para biarawan dan biarawati selain jadi rohaniwan mereka juga bertani, berternak, menulis, menjadi ilmuwan dan masih banyak pekerjaan lain yang dilakukan. Namun yang menentukan dan menjadi tujuan hidup mereka adalah doa oleh sebab itu mereka mempunyai waktu-waktu khusus di Biara untuk berdoa dalam satu hari.
Bila dibandingkan dengan kehidupan masyarakat sekarang yang terjadi sebaliknya. Kerja menjadi penentu dan tujuan hidup sehingga doa harus mencari tempatnya sendiri di tengah kesibukan kerja. Karena kehidupan masyarakat yang semakin sibuk dan kerja menjadi penentu, maka doa bisa menjadi masalah. Terutama bila orang melihat bahwa berdoa itu harus mengundurkan diri dari keramaian hidup atau menyepi ke tempat-tempat tertentu seperti para rahib. Maka peribahasa “Ora et Labora” sebaiknya diganti saja, sebab sepertinya masih ada pemisahan antara doa dan kerja. Bagaimana bila doa dan kerja tidak lagi dipisahkan? maka menurut Eka Darmaputera peribahasa tersebut dapat diubah menjadi “Ora est Labora”, doa adalah kerja. Doa dan kerja menjadi satu ketika apa yang kita sadar bahwa apapun yang kita kerjakan setiap harinya adalah doa kita pada Tuhan. Namun yang menjadi pertanyaan adalah, doa yang seperti apa?
Dalam Kisah Abraham (Kej. 18:20-32), kita dapat melihat bagaimana Allah begitu negotiable, Ia bukanlah Allah yang kaku dan dingin tetapi Allah yang mau mendengarkan. Percakapan antara Abraham dan Allah menyiratkan bahwa Allah jauh lebih bersedia mendengarkan daripada kita bersedia berkata-kata kepada-Nya. Allah benar-benar mendengarkan permohonan Abraham bahwa tidak semua penduduk Sodom dan Gomora Ia binasakan. Seperti inilah Allah menunjukkan kemurahan-Nya. Memang pada akhirnya tidak sampai 10 orang yang diselamatkan hanya tiga orang benar yang disematkan dari kehancuran Sodom dan Gomora yaitu Lot dan kedua anak perempuannya.
Lalu, perumpamaan tentang seorang yang sedang dalam perjalanan kemudian singgah di rumah seseorang saat tengah malam juga mengajarkan tentang kemurahan Allah. Karena waktu sudah larut malam, tuan rumah tidak punya makanan untuk dihidangkan kepada tamunya. Sementara itu di daerah Timur, keramah tamahan sangat dijunjung tinggi. Maka tuan rumah itu pergi ke rumah tetangganya walaupun sudah tengah malam, dan mengetuk pintu untuk meminjam roti. Namun tetangganya itu sudah lama tidur. Mula-mula tetangganya itu tidak mau bangun. Tetapi sang tetangga yang memerlukan roti itu mengetuk, mengetuk dan mengetuk. Ia terus mengetuk tanpa malu. Akhirnya, tetangga yang sudah tidur itu bangun dan memberikan apa yang diperlukannya (Luk. 11:5-8). Seperti itulah Allah, Ia jauh lebih bersedia memberi daripada tetangga si Tuan Rumah juga Ia lebih bersedia member daripada kita bersedia meminta. Ini juga adalah kemurahan-Nya.
Kalau Allah merespon doa-doa kita dengan menyatakan kemurahan-Nya maka kita juga harus menyambut respon Allah tersebut dengan ketaatan pada kehendak-Nya. Ketaatan kita tampak dari usaha kita meminta, mengetuk dan mencari (Lukas 11:11-13). Meminta berarti kita sadar akan kebutuhan kita dan percaya bahwa Allah akan memenuhi kebutuhan tersebut. Mengetuk berarti kita memohon dengan sungguh-sungguh pada Allah disertai dengan tunduk pada kehendak-Nya. Sedangkan mencari berarti kita tekun dalam menghampiri Allah sekalipun ia tidak menjawab doa-doa kita dengan segera. Sebagaimana doa bukanlah monolog melainkan dialog maka Allah menghendaki respon kita dalam menaati kehendak-Nya. Dalam Doa yang berdialog inilah doa dan kerja menjadi satu.
Tidak ada seorang Bapa pun yang menanggapi rasa lapar anaknya dengan memberikan makanan yang tidak berguna atau malah membahayakan anaknya. Di dalam respon terhadap doa, kita juga tidak perlu khawatir bahwa Allah akan memberikan respon yang negatif pada kita. Ia mengerti siapa kita dan apa yang terbaik untuk kita. Hanya respon ketaatan dari kitalah yang diharapkan-Nya. Semua usaha yang kita lakukan untuk menjadikan “Ora est Labora” seperti meminta, mengetuk dan mencari diharapkan dapat dilakukan berdasarkan ketaatan kepada Bapa.

Febrita Melati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar