Teladan Vs Prestasi
(Efesus 6:1-9)
“Waktu adalah prestasi”, kata-kata bijak ini ditulis oleh seorang ibu di dalam jam dinding di kamar anaknya, ia juga menempelkan foto mereka sekeluarga di dalam jam dinding itu. Kata-kata bijak itu dipakai untuk mengingatkan anaknya bahwa setiap waktu itu berharga dan setiap waktu dipakai untuk meraih prastasi. Sehingga tak heran bila sang anak berusaha untuk belajar giat sebab orang tuanya menginginkan dia untuk berprestasi setiap saat.
Keinginan ibu tersebut sama seperti keinginan para orang tua pada umumnya. Para orang tua menginginkan anak-anaknya masuk sekolah terbaik di daerahnya bahkan mewajibkan anaknya mengikuti les tambahan di luar sekolah baik les yang masih berhubungan dengan pelajaran akademis maupun les keterampilan. Semua dilakukan demi prestasi. Keinginan orang tua yang seperti ini kadang membuat anak tertekan. Anak mempunyai beban berat di pundaknya.
Untuk memenuhi keinginan tersebut, banyak anak memilih jalan pintas dengan mencontek atau membohongi orang tua mereka dengan membeli jawaban soal ujian. Bahkan ada juga anak yang memberontak dengan menjadi anak nakal. Mereka membiarkan diri mereka dipengaruhi oleh kebiasaan buruk seperti membolos, tawuran, mencoba narkoba sampai kecanduan dan terikat dengan pergaulan yang merusak. Kalau sudah seperti ini akhirnya orang tua susah sendiri.
Paulus menasihatkan kepada orang tua agar tidak membangkitkan amarah di dalam hati anak-anaknya (Ef. 6:4). Paulus tidak ingin anak-anak dikorbankan bagi keinginan orang tua. Tetapi Paulus menginginkan agar anak-anak dididik di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. Orang tua punya tanggung jawab mendidik (ektrephein paideia = membesarkan dengan rupa-rupa disiplin, 2 Tim. 3:16, Ibr. 12:5,7-8, 11) anaknya, itu berarti orang tua harus berusaha memberikan kepada anak-anak mereka suatu pendidikan yang bersumber di dalam Tuhan, yang dijiwai dan digerakkan oleh-Nya. Kalau hal ini terjadi Kristus menjadi pusat dari pendidikan mereka, pastilah anak-anak tidak akan marah dan memberontak, melainkan sebaliknya akan taat dan menghormati orang tua.
Teladan merupakan didikan terbaik yang dapat orang tua berikan pada anak-anaknya agar berprestasi. Sebab dengan teladan anak-anak memiliki pegangan yang kuat atas semua yang dilakukannya. Ketika orang tua menghendaki anak belajar alangkah baiknya orang tua juga memberi contoh belajar yang baik. Misalnya dengan menemani anak belajar atau dengan membaca koran bersama anak. Tidak baik bila anak ditinggal tidur atau nonton TV. Atau bila orang tua menyuruh anaknya berdoa alangkah baik bila anak sering melihat orang tuanya berdoa atau mereka sering berdoa bersama bukan malah orang tua jarang berdoa. Dengan teladan orang tua seperti ini, anak tentunya tak sungkan untuk taat dan menghormati orang tua mereka. Apa pun yang diinginkan orang tua dengan sukarela dan tulus akan mereka lakukan. Sebab seperti inilah cara mereka menunjukkan sikap taat dan hormat pada orang tua. Sikap hormat dari anak ini sesungguhnya lebih dari ketaatan mereka. Di dalam rasa hormat ada aspek ketakutan, bukan ketakutan hamba atau budak pada tuannya tetapi ketakutan yang lahir dari ketakutan kepada Tuhan. Orang tua-orang tua yang demikian berhak atas penghormatan tersebut.
Febrita Melati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar