Senin, 26 Agustus 2013

PENGAKUAN DAN PERTOBATAN ADALAH TITIK BALIK MENUJU KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK



PENGAKUAN DAN PERTOBATAN ADALAH TITIK BALIK 
MENUJU KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK
2 SAM 11: 26-12:10=15, MZM 32, GAL 2:15-21, LUK 7:36-8:3

Menyimpan dosa sama seperti menahan kentut. Loh, samanya dalam hal apa? Pernahkah kita menahan kentut? Bagaimana rasanya? Gelisah, tidak bisa tenang, sakit perut, mules, mau ngapa-ngapain ga konsen dan rasa-rasa yang lainnya. Kita ingin keluarkan kentut tersebut namun takut nanti jika ada yang tahu kita bisa malu. Apalagi jika kita adalah orang yang memiliki jabatan tinggi, harga diri kita pasti akan jatuh.
Begitu juga dengan menyimpan dosa. Kita selalu gelisah, hidup tidak tenang, tidak ada damai sejahtera, bahkan selalu dihantui rasa bersalah. Kita ingin mengakui dosa kita namun takut nanti akan malu, dikucilkan, dianggap menjijikkan dan harga diri jatuh.
Mengakui dosa  sama seperti mengeluarkan kentut. Nah, kalo yang ini sama dalam hal apa? Mengeluarkan kentut akan membuat kita lega dan bisa lebih konsen menjalani kegiatan, namun kita tidak boleh mengeluarkan kentut di sembarang tempat. Anehnya, kentut di toilet pun masih seringkali dianggap salah tempat. Kita kentut di toilet, jika ada yang mendengar suara kentut kita, maka pasti mereka akan merasa terganggu atau mungkin berkomentar “jorok.” Apalagi sampai kentutnya bau, pasti semua akan sangat terganggu. Jika toilet, yang merupakan tempat untuk membuang kotoran, tidak lagi tepat untuk mengeluarkan kentut maka di manakah tempat yang tepat untuk mengeluarkan kentut? Begitu juga lah dengan mengakui dosa.
Mengakui dosa memang membuat kita lega dan membuat hidup kita jadi lebih baik namun jika salah tempat mengaku dosa, maka itu akan menjadi boomerang buat kita. Kita mengaku dosa dengan orang-orang yang tidak dapat dipercaya maka dosa kita tersebut akan disebar ke mana-mana. Namun anehnya, kita sudah mengaku dosa di gereja yang seharusnya menjadi tempat yang tepat pun masih juga tidak tepat. Seringkali setelah kita mengaku dosa, kita justru dianggap menjijikkan dan dikucilkan.
Dosa memang seharusnya diakui secara langsung kepada Tuhan, namun dosa juga dapat diakui kepada orang/komunitas tertentu yang dipercaya dapat membantu kita bangkit dari keterpurukan dan kembali hidup sesuai jalan Tuhan. Dalam cerita Daud, orang yang dapat dipercaya tersebut adalah nabi Natan (2 Sam 11:26-12:10-15). Dia membuat Daud mengakui dosanya dan kembali ke jalan Tuhan.
Dalam kehidupan bergereja, seharusnya gereja menjadi wadah perpanjangan tangan Tuhan untuk menjadi komunitas yang dapat dipercaya untuk merangkul dan memulihkan mereka yang berdosa. Namun dalam kenyataannya seringkali justru kita mengucilkan dan menganggap jijik mereka yang telah melakukan dosa tertentu. Padahal kita semua adalah orang berdosa. Orang berdosa yang telah menerima kasih Kristus. Orang berdosa yang hidupnya bukan lagi hidupnya, melainkan Yesus yang hidup di dalamnya (Gal 2:20). Jika Yesus hidup yang hidup di dalam diri kita, seharusnya hidup kita sesuai dengan hidup Kristus. Dalam Lukas 7:36-50, Yesus tidak menolak dan mengucilkan perempuan berdosa. Yesus menerima dan memulihkan hidupnya dengan mengampuni dosanya.  Mau kah kita pun menjadi gereja yang merangkul dan memulihkan?
Namun itu bukan berarti kita yang telah mengakui dosa dan diampuni dosanya dapat hidup seenaknya. Bagi kita yang telah dirangkul, dipulihkan dan diampuni dosa oleh Tuhan, harusnya kita berbalik dari dosa dan melayani Tuhan sama seperti para perempuan dalam Lukas 8:1-3 yang telah Yesus pulihkan hidupnya. Para perempuan tersebut mempersembahkan harta mereka untuk melayani Tuhan. Sekarang kembali kepada kita, apa yang mau kita persembahkan untuk melayani Tuhan sebagai ungkapan syukur telah diampuni segala dosa kita?

NURYANTO GRACIA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar